Dalam bertahan hidup, kita sebagai masyarakat modern relatif membeli bahan makanan pokok daripada mencari/mendapatkannya secara langsung. Berbeda dengan zaman dulu yang mungkin untuk bertahan hidup mereka harus repot-repot berburu.

Dan berkat ilmu pengetahuan, pemasokan bahan makanan pokok menjadi lebih efektif dan efisien. Masyarakat mulai mempelajari cara bertani, berternak, berkebun, dsb. Tidak perlu terlalu khawatir akan terjadinya kelangkaan hewan dan tumbuhan, karena masyarakat sekarang tahu bagaimana cara membudidayakannya.

Untuk dapat bertahan hidup, salah satu cara yang harus kita lakukan adalah dengan memberikan nutrisi kepada tubuh kita. Nutrisi tersebut didapat dari apa yang kita makan, namun bagaimana kita bisa makan? Jawabannya beragam namun yang pasti: dengan memiliki uang, sehingga kita bisa beli bahanan makanan ataupun makanan siap saji.

Atau sederhananya: kita butuh uang untuk hidup dan untuk melanjutkan hidup.

Ada banyak cara yang dilakukan untuk mendapatkan uang, cara yang paling favorit adalah dengan bekerja. Ketika kita bekerja dengan orang lain, pada dasarnya hasil yang kita dapatkan (dari usaha yang kita kerahkan) adalah uang yang dimiliki oleh majikan kita. Darimana majikan kita mendapatkan uang? Itu adalah topik lain.

Anyway, apa tujuan kita memiliki uang? Kemungkinan besar jawabannya adalah untuk dihabiskan. Untuk senang-senang, untuk memenuhi gaya hidup, untuk memenuhi biaya hidup, dsb. Jika tujuan memiliki uang adalah untuk terus dihabiskan, masalahnya, ini akan menjadi perulangan tanpa henti:

  1. Cari uang
  2. Dapat uang
  3. Habiskan uang
  4. Kembali ke nomor 1

Jika mengambil contoh kenapa kita (pekerja) mendapatkan uang, karena kita telah menghabiskan tenaga dan waktu kita untuk melakukan sesuatu yang mana sesuatu tersebut akan menghasilkan uang untuk majikan kita juga.

Yang perlu digarisbawahi adalah bagian dari “menghabiskan tenaga dan waktu” diatas.

Sebagai manusia pada dasarnya kita memiliki 3 hal yang membuat kita bisa terus hidup:

  • Time
  • Money
  • Energy

Yang biasanya diilustrasikan dengan gambar berikut: Sumber Bagian menariknya adalah jika untuk mendapatkan uang kita harus kehilangan waktu dan energi, bisakah kita mendapatkan uang dengan… kehilangan uang?

Sehingga kita masih bisa menggunakan waktu dan energi tersebut untuk bekerja dengan majikan kita?

Making money work

Jika kita sudah terbiasa membuat waktu dan energi kita bekerja untuk menghasilkan uang, bagaimana cara membuat uang kita bekerja untuk menghasilkan uang?

Mendapatkan uang pada dasarnya hanyalah pemindahan uang dari pihak satu ke pihak lain. Misal, dengan jualan barang. Kita mendapatkan uang karena seseorang membeli dari kita. Seseorang tersebut kehilangan sesuatu (uang), namun mendapatkan sesuatu yang dia inginkan (barang).

Yang mana tidak jauh berbeda dengan kita yang kehilangan sesuatu (waktu dan energi) untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan (uang).

Tapi berjualan memakan waktu dan energi juga.

Dan bahkan membutuhkan uang juga.

Uang yang didapat dari hasil penjualan dihasikan karena pemasukan (keuntungan) lebih besar dari pengeluaran (biaya produksi). Ini konsep sederhana dan setiap orang pasti sudah hafal dengan konsep untung-rugi.

Tapi tidak semua orang bisa berjualan, anggap karena keterbatasan waktu, energi, dan uang. Dan keterampilan. Dan kebutuhan.

Alternatif lain yang cukup terjangkau adalah menabung, spesifiknya menabung di Bank.

Anggap bank menjanjikan bunga 3% p.a (per annum/per-tahun) yang berarti, jika kita memiliki tabungan sebesar 10,000,000 dalam setahun harusnya menjadi 10,300,000.

Yang berarti, dengan saldo 10,000,000 kita setidaknya bisa menghasilkan 25,000/bulan ((10000000*3/100)/12).

Semakin besar saldo yang dimiliki, seharusnya semakin besar pula yang akan didapat.

Kita setidaknya sudah bisa membuat uang bekerja untuk kita.

Bagaimana bank bisa memberikan kita bunga? Itu urusan bank, tapi sederhananya  dari selisih keuntungan pinjaman. Selain itu, ada biaya administrasi yang harus dibayar oleh nasabah, anggap 10,000. Jadi, penghasilan 25,000/bulan tersebut jika mengambil nilai bersihnya hanyalah 15,000/bulan.

Yang berarti, keuntungan 300,000 tersebut bersihnya adalah 180.000.

Pertanyaannya, apakah worth it uang kita menghasilkan 180,000/tahun meskipun kita tidak perlu melakukan apa-apa?

Making money grow

Oke tulisan ini masih hasil dari sebagian pembahasan yang gue baca dari buku Side Hustle: From Idea to Income in 27 Days nya Chris Guillebeau**, **jika lo sudah membaca tulisan gue yang berjudul Influencer economy.

Dari poin ‘Making money work’ diatas, untuk bisa membuat uang bekerja untuk kita, pada dasarnya kita harus memberikan uang kita kepada siapapun yang ingin menjanjikan keuntungan untuk kita. Kita harus peduli terhadap apa yang akan dia lakukan dengan uang tersebut, sehingga kita bisa mengetahui apakah janjinya bisa terpenuhi dan lain sebagainya.

Mungkin lo bisa meminjamkan uang tersebut ke teman lo yang ingin membuka usaha, atau mungkin lo bisa menggunakan uang tersebut untuk modal usaha lo nanti, apapun. Setelah kita bisa memikirkan bagaimana mempekerjakan uang untuk mendapatkan uang, sekarang kita pikirkan, bagiamana agar bisa menanam pohon uang untuk menghasilkan uang?

Dalam menanam pohon, setidaknya ada 3 hal yang harus kita pikirkan:

  • Benih
  • Waktu
  • Tempat

Pohon akan berhasil tumbuh jika kita menggunakan benih yang benar, di waktu yang benar, dan di tempat yang benar. Seperti, ingin menanam pohon kurma di Indonesia yang memiliki iklim tropis untuk menghasilkan buah kurma? Semoga beruntung!

Anyways, pertanyaannya adalah, pohon apa yang ingin kita tanam?

Pohon uang!

Tentu, namun uang adalah ‘buah’ nya, bukan?

Apa benihnya? Bagaimana waktunya? Dimana tempatnya?

Stock market

Gue hanya seorang Software Engineer dan bukan seorang trader, tapi pasar saham menurut gue yang paling make sense bagi yang memiliki lebih banyak uang daripada apapun (energi, waktu, kepercayaan, dsb). Pasar saham bukan satu-satunya pilihan, tapi gue taruh di daftar pertama karena konsep ini yang paling mudah dijelaskan.

Anggap kita ingin membuat uang bekerja dengan meminjamkan uang tersebut namun bukan ke bank. Dan anggap jika dipinjamkan ke bisnis teman mungkin lumayan beresiko.

Salah satu jalan keluarnya adalah dengan membeli saham. Saham pada dasarnya hanyalah sebuah surat, atau surat ‘kepemilikan’ perusahaan gampangnya. Jika perusahaan tersebut publik, secara teknis sahamnya dapat diperjual-belikan oleh siapapun.

Mengapa harus beli saham X dan mengapa perusahaan X menjual sahamnya, itu topik lain. Tapi sederhananya, perusahaan X let’s say ingin build something. Pasti mereka butuh dana (let’s say biaya produksi), jika dana nya kurang, meminjam dari bank tentu bukan pilihan yang efisien. Mereka menjual saham dengan harapan untuk mendapatkan uang, dan kamu membeli saham mereka dengan harapan untuk mendapatkan uang juga.

Make sense?

Anggap kamu ingin membeli saham $AAPL sebesar $160/lembar. Kamu memiliki hak untuk menentukan sesuatu terhadap perusahaan yang kamu ‘miliki’, namun itu tergantung kebijakan dan topik lain.

Pertanyaannya, bagaimana angka $160 tersebut dapat naik dan turun?

Jika kamu membeli 10 lembar, uang yang telah kamu keluarkan adalah $1,600 pada saat itu. Harga saham naik/turun pada dasarnya adalah karena faktor supply-demand, yang menjadi pertanyaannya adalah, kapan demand (sehingga kita bisa mendapatkan keuntungan) naik dan mengapa?

Itu topik lain tapi akan gue bahas sedikit. Company yang berjenis publik harus melaporkan keuangannya per quarter, jika pendapatannya menurun, berarti something’s wrong khususnya bila berturut.

Dan itu mempengaruhi kepercayaan.

Mari kita asumsikan: Jika pendapatan menurun, berarti keuntungan tidak sebanyak sebelumnya.

Worse case scenarionya adalah: anggap pendapatan merah alias rugi.

Tidak ada keuntungan yang didapat sedangkan masih terus membutuhkan uang untuk operasional. Jika menjual saham, berdasarkan hukum supply-demand seharusnya harga sahamnya akan turun karena supply lebih besar dari demand. Tentu perusahaan memiliki kas, namun ini sebagai contoh saja untuk mempermudah.

Itu adalah contoh sederhana kenapa harga saham turun.

Bagaimana untuk naik? Supply-demand juga. Anggap perusahaan mendapatkan keuntungan 2x lipat pada Q1, itu bisa menjadi sinyal dan investor bisa menaruh kepercayaan kepada perusahaan tersebut. Since demand lebih besar dari supply, harga saham akan naik. Akan naik berapa persen sudah pasti tidak ada yang tahu, namun jika naik 10%, $1,600 yang pernah kamu keluarkan untuk membeli 10 lembar, sekarang nilainya menjadi $1,760.

Meskipun tidak realistis, jika mengambil contoh diatas, dalam satu quarter (4 bulan) kita dapat menghasilkan $160 (~2,300,000 IDR), berbeda dengan bergantung dengan bunga di bank yang mungkin hanya mendapatkan ~693,218 IDR untuk saldo ~23,000,000 IDR ($1,600).

Tapi resiko berinvestasi di pasar saham sangat tinggi karena relatif bersifat high-risk high-return. Untuk yang ingin bermain lebih aman, bisa ke pasar lain seperti Reksa dana ataupun emas.

Mutual Funds

Reksa Dana cukup menjanjikan dan relatif aman. Sederhananya, jika investasi saham kita langsung mengalokasikan 100% budget kita ke saham manapun yang kita pilih, di Reksa Dana, kita mengalokasikannya kepada siapapun yang ahli dalam bidangnya.

Gampangnya begini, jika lo masih belum tau kapan harus beli/jual/simpan dan perusahaan apa yang harus lo pilih, instrumen reksa dana gue rasa pilihan yang tepat, karena uangnya kita percayakan ke “manajer investasi” siapapun itu.

Gue pernah coba setidaknya nabung di reksa dana dalam 11 bulan. Return yang didapat adalah 435,673 dengan total modal 11,500,000. Yang berarti keuntungan gue ~3,8%, itupun mengambil resiko yang moderat. Jika gue bergantung di bank dengan flat interest 3%, keuntungan yang gue dapat selama 11 bulan kasarnya adalah 225,000 dan itu sudah termasuk fee bulanan.

Segala sesuatu pasti memiliki tradeoffs dan tugas kita sebagai orang dewasa adalah memilih.

Gue tidak membahas emas apalagi mata uang kripto, selain karena membosankan juga karena pada dasarnya sangat sulit disebut “pohon” uang.

Sejujurnya ketika gue menulis ini gue seperti dejavu dan merasa seperti pernah menulis ini sebelumnya. But I don’t know, ketika gue cek sepertinya tidak ada.

Penutup

Ada 2 layanan yang gue gunakan untuk berinvestasi di pasar saham dan reksa dana, yakni Gotrade dan Bibit. Setelah penggunaan setahun lebih, gue rasa dua layanan tersebut cukup oke mengingat yang sering gue keluhkan di Twitter hanyalah Jenius.

Anyways, jika lo merasa tulisan ini berguna, bisa daftar pakai kode referal gue untuk 2 layanan tersebut, oke? Di Gotrade akan mendapatkan $2 credit dan kalau di Bibit akan mendapatkan 25,000 secara gratis — daripada gak pakai kode referal!

Kode referal gue adalah:

  • Gotrade: [512738](https://heygotrade.com/referral?code=512738)
  • Bibit: faultables

Plus, kalau daftar menggunakan kode referal gue, kita bisa ngobrol-ngobrol santai terkait hal ini baik di Discord ataupun media lain yang gue gunakan.

Sebagai penutup, untuk membuat uang “tumbuh” di pohon pada dasarnya adalah dengan menambahkan pemasukan pasif, dan untuk yang tidak memiliki cukup waktu dan energi, investasi adalah salah satu kanal yang bisa dipilih mengingat pada dasarnya orang lain yang akan bekerja menggunakan uang kita tersebut.

Potensi mendapatkan kerugian pasti ada, namun yang pasti: siapapun ingin untung dan tidak ada yang ingin rugi.

Definisi keuntungan tidak selalu tentang “keuntungan orang lain adalah kerugian dari orang lain”, karena itu hanya berlaku di judi (ataupun judi dengan gaya™ seperti binary options) dan judi tidaklah seperti menanam pohon uang.

Gue biasanya meng-investasikan duit gue untuk diri gue sendiri, untuk belajar; mencoba hal baru, apapun yang gue rasa akan mendapatkan “keuntungan” untuk diri gue dalam bentuk apapun itu.

Terkadang kita harus mengetahui kapan saatnya melakukan deprioritize something, kapan saatnya berhenti, dan kapan saatnya pivot. Dan I guess, untuk kasus gue disini sudah waktunya untuk gue men-deprioritize investasi kepada diri gue, karena gue rasa sudah cukup.

And that’s why we’re here, right?