Bagian yang paling sulit dalam memulai adalah mengakhiri yang meskipun di beberapa kasus ataupun kondisi terlihat relatif mudah, namun gue rasa tidak untuk dibanyak kasus. Memulai sesuatu adalah seperti berhadapan dengan banyak pintu, disini lo seperti harus memilih pintu mana dulu yang ingin dimasuki dari sekian banyak pintu yang dimiliki.

Pada akhirnya, hanya satu pintu yang akan dimasuki dalam satu waktu. Dan ketika masuk ke ruangan dibalik pintu tersebut, brengseknya, terdapat banyak jalan keluar yang berbeda-beda.

Dan ini seperti masuk ke labirin namun memiliki jalan keluar lebih dari satu.

Lebih brengseknya lagi, terkadang jalan keluar yang dipilih mengarah ke pintu masuk lainnya. Dan yang paling brengsek, tidak ada jalan untuk kembali. Dan yang paling menyebalkan adalah ketika sadar bahwa lo ternyata sudah terkurung dalam labirin tersebut dari pintu yang paling pertama yang lo masuki, yang bahkan lo tidak memiliki kontrol dalam memasuki pintu pertama tersebut.

Dan tidak ada jalan untuk keluar selain dijemput oleh sesuatu yang tugasnya hanyalah untuk menjemput lo.

Iterasi

Yang menarik dari membuat teh adalah sekali teh terbuat, cepat atau lambat ia akan habis. Meskipun proses pembuatan teh bisa terus terulang, pada akhirnya, hasil dari proses tersebut bisa dianggap selesai yang dalam konteks ini adalah ketika teh tersebut habis diminum ataupun dibuang.

Mengambil contoh lain adalah dalam membuat program, atau aplikasi bila menggunakan bahasa yang umum diketahui. Membuat aplikasi brengseknya bukanlah proses yang sekali jadi lalu selesai meskipun sama-sama untuk dikonsumsi. Google sebagai salah satu mesin pencari yang ada di internet saja berumur sekitar 26 tahun di tahun 2022. Sudah 25 tahun program tersebut ditulis dan dikembangkan sampai hari ini yang mungkin sampai akhir dari internet nanti.

Tampilan dan performanya selalu berubah dari tahun ke tahun, yang pasti harapannya selalu mengarah ke perubahan yang lebih baik dari yang sebelumnya.

Yang menjadi pertanyaan adalah “Kapan Google akan berhenti merilis versi baru?”

Tidak ada yang tahu pastinya, namun dibanyak kasus, jawaban objektifnya adalah “ketika akan memberhentikan operasionalnya”.

Yang berarti, dia akan berhenti memperbaiki “bug” yang ada ataupun yang akan ada di aplikasi tersebut dan di lain sisi, dia juga akan berhenti membuat sesuatu (yang dalam konteks ini adalah fitur) menjadi lebih baik lagi.

Stabilitas

Mungkin tidak jarang kita mendengar kata “stabil”, dari kata “stabilsecara finansial”, “kondisi mental sudah kembali stabil”, “menggunakan versi aplikasi yang stabil”, apapun.

Jika mengambil arti dari KBBI, arti dari stabil adalah: 1****mantap; kukuh; tidak goyah (tentang bangunan, pemerintah, dan sebagainya): situasi politik dalam negeri kita —; 2tetap jalannya; tenang; tidak goyang (tentang kendaraan, kapal, dan sebagainya): setelah barang-barang dibuang ke laut, kapal — kembali; **3tidak berubah-ubah; tetap; tidak naik turun (tentang harga barang, nilai uang, dan sebagainya): harga kopra sekarang mulai —;

Mari kita ambil kesimpulan bahwa stabil artinya adalah **sebuah****kondisi yang bersifat netral dan berada di tengah. **Tidak cenderung ke A ataupun ke B.

Pertama, gue ingin mengambil contoh dari rilis aplikasi. Aplikasi dirilis ke versi stabil sederhananya ketika sudah memenuhi tes penerimaan pengguna. Versi tersebut tidak harus sempurna, namun setidaknya pengguna dapat menerima pembaruan dari versi tersebut.

Dan gue rasa bukan berarti di versi tersebut bebas dari kesalahan, mungkin setidaknya kesalahan tersebut tidak (terlalu) mengganggu pengguna jika memang ada.

Kedua, gue ingin mengambil contoh dari finansial. Seseorang dikatakan “stabil secara finansial” ketika misalnya seseorang tersebut tidak khawatir membayar tagihan karena seseorang tersebut tahu bahwa dia akan memiliki uang yang cukup.

Dan gue rasa bukan berarti bila seseorang tersebut misalnya memiliki tagihan, dia dianggap tidak stabil secara finansial.

Ketiga, gue ingin mengambil contoh dari kesehatan. Seseorang dikatakan “kesehatannya stabil” ketika misalnya seseorang tersebut tidak merasa sakit.

Dan gue rasa bukan berarti bila seseorang tersebut misalnya tidak memiliki penyakit apapun di tubuhnya.

Berdasarkan tiga contoh diatas, bisa disimpulkan bahwa kestabilan selalu memiliki tolak ukur dan juga nilainya tidak cenderung ke salah satu ukuran.


Sejujurnya gue baru tahu tentang adanya konsep “healthy relationship” di dunia ini. Sebelumnya gue tidak tahu bahwa ternyata ada “healthy” dan “unhealthy” dalam sebuah relationship.

Sebuah hubungan singkatnya dianggap “healthy” ketika suatu hubungan yang dijalani oleh dua pihak tersebut menjadi stabil dan yang mana adalah “kesalingan” sebagai tolak ukurnya.

Sederhananya, mungkin, bila dua belah pihak tersebut saling percaya; saling berjuang, saling mendukung, saling menjaga kepercayaan, saling mengerti, dan sebagainya, hubungan tersebut mungkin bisa disebut sebagai hubungan yang sehat.

Pasti ada kondisi ketika “kesalingan” tersebut cenderung ke salah satu pihak, dan PR nya kemungkinan besar adalah bagaimana membuat kondisi tersebut kembali menjadi stabil alias kondisi “kesalingan” tersebut berarti kembali lagi ke yang mungkin tanpa kecenderungan ke salah satu pihak.

Tapi gue rasa PR tersulitnya bukanlah itu.

Melainkan di mempertahankan “kestabilan” tersebut selama mungkin dan mengembalikannya kembali ketika sedang tidak.

Karena bukankah perubahan adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari?

Yang berarti, gue rasa, peran terbesar dari kondisi diatas adalah di “bagaimana menyikapinya”.


Berhubungan adalah salah satu hal yang tidak bisa dihindari.

Dari hubungan dengan keluarga, teman, rekan kerja, ataupun orang lain secara umum. Atau dengan *kekasih *bila memiliki.

Pasti ada saja hal yang membuat hubungan tersebut… berjalan tidak semestinya.

Apapun alasannya, penyebab utamanya adalah selalu tentang sesuatu yang disebut dengan ‘kesalahan’.

Dan pilihannya gue rasa ada dua: mengembalikan keadaan tersebut menjadi seperti semula, atau membiarkannya apa adanya sampai keadaan ‘semula’ tersebut sudah memiliki bentuk berbeda.

Jika berurusan dengan lebih dari satu pihak, berarti harus ada “kesalingan” dalam sesuatu untuk mencapai sesuatu. Dalam konteks hubungan, mungkin sesuatu tersebut adalah saling maaf dan memaafkan.

Namun yang paling berat justru di saling “menyetujui” untuk meminta maaf dan memaafkan.

Dan bagian yang ingin gue soroti adalah: kata “menyetujui” diatas ialah bentuk dari sebuah penyikapan. Dan sayangnya tidak ada kata “keterpaksaan” dari sebuah “kesalingan”.


Gue kepikiran menulis ini ketika sedang kepikiran tentang konsep “healthy relationship” and for what it’s worth I’m not good on this relationship thing but I learn over time.

Satu hal yang paling penting dari “kestabilan” gue rasa adalah resilience. Like, it doesn’t really matter how stable or unstable the thing was as long as it could recover.

Hubungan bukanlah seperti sesuatu yang sudah dibuat lalu selesai. Semoga masih ingat pembahasan tentang teh yang berada peragraf awal sebelumnya. Melainkan hubungan adalah sesuatu yang diharapkan berlangsung selama mungkin, jika memang kata ‘selamanya’ lebih terdengar seperti omong kosong.

Dan berbicara tentang “kelangsungan” pastinya tidak lepas dengan “proses”.

Dan mungkin proses tersebut sedang stabil, atau sedang di titik rendah, atau sedang berada di puncak. Terlepas sedang berada di titik mana, sikap yang harus dilakukan untuk sesuatu yang diharapkan berlangsung selama mungkin adalah mempertahankan “kestabilan” tersebut selama mungkin dan mengembalikannya kembali ketika sedang tidak.

Ya, yang mana adalah PR terberat yang tadi sudah disinggung sebelumnya.

Sejujurnya gue belum pernah menjalin hubungan seperti konsep healthy relationship ini jika memang tanda-tandanya adalah seperti yang dijabarkan di artikel 10 Tanda Kamu Sudah Berhasil Menjalankan Healthy Relationship versi IDN Times karena beberapa poinnya pernah ada yang tidak terpenuhi.

Tapi arti healthy relationship menurut gue sederhana: sebuah hubungan yang terjalin selama mungkin, karena memang dari awal tujuannya adalah untuk itu.

Ada beragam cara untuk membuatnya tetap healthy, dan ada beragam cara juga untuk membuatnya kembali stabil. Cara yang gue pakai untuk membuat tetap healthy sampai hari ini adalah dengan tidak melakukan sesuatu yang membuat unhealthy, dan cara untuk membuatnya kembali stabil… I don’t know, saling maaf dan memaafkan? Mencari solusi bersama? Glad that I’m not in that state yet, but I’m always ready for anything.

Anyway my relationship today is pretty stable after long fluctuations as in the cryptocurrencies market, and I’m glad we made it through.

Maintaining stability is not an easy job yet nobody said it was easy at the first place.

And I usually write here when I have a somewhat big problem, but apparently someone is looking for some reading so here we are as you always give me energy.

Thank you for having me.